12 Tahun tak Ada Kabar dan Dianggap Meninggal, Pahlawan Devisa Ini Bisa Pulang

INFO TKI – Bagi saudara-saudara yang sedang mencari rezeki di Negeri Orang, jangan lupa memberikan kabar tentang diri kita kepada keluarga. Selain, bikin was-was keluarga juga demi keamanan diri kita sendiri.
Beruntung Pahlawan Devisa bernama Yuliana asal Kecamatan Oenlasi, Kabupaten Timor Tengah Selatan berhasil pulang dengan selamat dan membawa hasil.
Sebelumnya dirinya telah dianggap sudah meninggal dunia oleh keluarganya di kampung halaman, SoE, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya, selama 12 tahun Yuliana mengadu nasib di Malaysia tanpa pernah memberi kabar untuk keluarganya.
Namun, dugaan keluarganya pun keliru, Yuliana ternyata masih hidup dan berhasil pulang.
Dikutip Pos-Kupang, Yuliana yang merantau sejak 2006 ini pulang ke Nusa Tenggara Timur dengan didampingi tim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Malaysia. Menghilang selama belasan tahun, Yuliana berhasil membawa pulang uang ratusan juta dan emas.
Kebahagiaan Yuliana yang berhasil pulang terpancar dari senyum ceria yang mekar di wajahnya. Apalagi saat berjumpa dengan kakaknya, Finus Misa di Kantor BP3TKI Kupang pada Senin (25/3/2019).
Yuliana mengungkapkan bahwa ia baru berusia 18 tahun saat memutuskan menjadi TKW di Malaysia.
“Saya pergi dengan ketidaktahuan, tujuan saya hanya satu, saya ingin merubah nasib, ingin cari uang,” ungkap Yuliana kepada Pos-Kupang.
Ia juga mengaku tidak memiliki ijazah karena ia putus sekolah sejak kelas IV sekolah dasar. “Orangtua susah payah menafkahi kami, saya dan empat orang kakak saya. Saya putus sekolah,” ungkap Yuliana terbata-bata.
Kronologi kepulangan Yuliana ke kampung halaman. Yuliana berangkat ke Malaysia melalui salah satu agen atau PT yang merekrutnya. Bahkan ia sudah lupa apa nama agen yang mengirimnya tersebut.
Selama di Malaysia Yuliana dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga. “Selama saya kerja, saya memang aman-aman saja dengan majikan mereka tidak melukai saya, namun gaji saya tidak pernah dibayar,” ungkapnya.
Ia tetap merasa bersyukur, meski tak dibayar, sekurang-kurangnya ia tetap diberi makan dan penginapan oleh sang majikan. Beruntung, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) membantu Yuliana untuk menuntut majikan.
Tuntutan tersebut dilayangkan terkait gaji Yuliana yang tak kunjung dibayar agar Yuliana bisa pulang ke kampung halaman. Namun, Yuliana mengaku sempat menolak bantuan KBRI.
“Waktu saya menolak tawaran KBRI, walaupun sebenarnya saya ingin pulang,” tuturnya.
Ia menolak pulang karena Yuliana juga menganggap bahwa orangtuanya sudah meninggal dunia. “Saya pikir keluarga, terutama kedua orangtua saya sudah meninggal jadi saya tidak mau pulang,” jelas Yuliana.
KBRI di Malaysia tak cepat putus asa untuk membujuk Yuliana.
“Kami sempat bingung, bagaimana lacak keluarganya Yuliana di NTT. Kami yakin sekali Yuliana ingin pulang hanya saja dia sedang berada dalam kondisi yang menurut dia sendiri tidak memungkinkan,” ungkap Shabda Thyan selaku Consular Affairs KBRI.
Pihaknya mencoba berkoordinasi dengan BP3TKI Kupang untuk melacak keberadaan keluarga Yuliana. BP3TKI Kupang pun mengalami kesulitan lantaran data Yuliana Misa tidak ditemukan.
Sementara, KBRI terus membujuk Yuliana dan terus mendesak majikan membayar gaji Yuliana. Perjuangan BP3TKI Kupang yang berhasil temukan keluarga Yuliana.
Pihak BP3TKI yang saat itu diwakili oleh Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan BP3TKI Kupang, Timoteus K Suban turut memberikan keterangan.
Mereka meminta bantuan dari Suster Lauretina, Ketua JPIC Serikat PI Kupang untuk melacak keberadaan keluarga Yuliana Masi.
Baru di akhir tahun 2018, ditemukan titik terang di mana keberadaan keluarga Yuliana Masi. Informasi tersebut didapat Suster dari Pastor Paroki Oenlasi.
“Waktu itu saya senang dengar kalau keluarga Yuliana ada di Kualeu di Oenlasi Kabupaten Timor Tengah Selatan,” ungkap Suster Lauretina.
Namun perjuangan Suster Lauretina belum usai. Ia harus turun ke Desa Kualeu menemui keluarga Yuliana.
Ia tak menyangka, harus menaiki bukit dengan berjalan kaki supaya bisa sampai di rumah keluarga Yuliana.
“Rumah mereka jauh dari pemukiman warga, sendiri di atas bukit,” ungkapnya.
Kehadiran suster Lauretina disambut hangat oleh kedua orangtu Yuliana, Thomas Missa dan Antoneta Soembala beserta kakak adik Yuliana.
Hingga akhirnya, Suster Laurentina berhasil mengabarkan ke keluarga Yuliana terkait kepulangan anggota keluarga mereka.
Sumber : Pos Kupang